Bertolak dari pengalaman, perenungan dan pengamatan saya selama 12 tahun sebagai ibu dari tiga anak, saya menuliskan kesepuluh pos yang terdahulu mulai dari no 1.Being a Mom hingga no 10.Hati Yang Bersyukur secara berurutan, dalam bentuk tahapan-tahapan.
10 Poin ini saya renungkan sebagai pondasi dasar dan utama dalam mendidik dan membangun karakter seorang anak.
12 tahun menjadi orang tua tidak kami lalui dengan mudah, ada banyak pergumulan dan tantangan, ada banyak tangis dan doa. Sesungguhnya tanpa Tuhan kami tidak akan dapat melalui semua ini dengan baik. Yang menjadi tantangan utama, yang berdiri tegak melawan kami adalah diri kami sendiri. Sifat dan perangai kami yang buruk dan hati yang keras dan pahit. Hal ini sungguh saya dan suami sadari sehingga pada waktu kami merencanakan pernikahan kami sepakat untuk tidak memiliki anak, kami katakan "Kami tidak cukup baik untuk menjadi orang tua."
Namun Tuhan berkata lain, kira-kira setelah setengah tahun menikah, kami 'bertemu' dengan Tuhan, Roh Kudus. Dia mulai membuat kami mengerti FirmanNya dan mengenalNya, sungguh ajaib ternyata Tuhan itu pribadi yang sungguh-sungguh nyata dan ada. Dan Dia sungguh-sungguh adalah Sang Penguasa Tunggal dari semua yang ada. Oleh karena kasihNya yang begitu ajaib, kami pun jatuh cinta padaNya dan berjalan mengikutiNya.
Dalam perjalanan itulah Dia menanamkan pada hati kami bahwa kehendakNya lah yang terbaik. Dan setelah kami menangkap pesan itu kemudian Dia mengutarakan kehendakNya, bahwa Dia menginginkan kami mempunyai anak. "Oo..Oo!" Kami berpikir dan berpikir ,akhirnya kami berkata,"Ok, tidak apa, Tuhan pasti akan ubahkan kami dulu, jadikan kami cukup baik hingga pantas memelihara anak."
Lagi-lagi Tuhan punya jalan yang lain, kira-kira 2 tahun kemudian, disaat sifat buruk kami masih menggunung dan keuangan yang seret, Dia berkata,"Inilah saatnya, kamu akan selalu ingat hari ini." Saya berteriak,"Ah Tuhan..! Mana mungkin..belum mampu, sifat jelek begini uang tidak ada." Dia hanya menjawab,"Kamu mau percaya Aku yang menyediakan atau tidak?" Sambil gemetar aku berkata,"Ya,mau."
Kira-kira 4 minggu kemudian saya mulai mual dan muntah, kami kunjungi ginekolog dan saya dinyatakan hamil 4 minggu, hasil dari hubungan sex yang saya dan suami lakukan di 'hari yang tak akan pernah saya bisa lupakan' hahaha...
Kelahiran anak pertama kusambut dengan tangis bahagia yang kemudian dilanjutkan dengan pergumulan menghadapi sifat buruk dan kekurangan dan ke tidak mengerti-an kami.
Lalu 1,5 tahun kemudian anak kedua kami lahir dan 1th 10 bulan kemudian anak ketiga kami lahir. Mereka datang berturut-turut hingga saya merasa seperti pabrik anak.
Ternyata dengan mempunyai anak-anak semua yang tadinya terpendam muncul keluar. Segala kepahitan, luka hati, kekuatiran, keburukkan
menampakkan sosok aslinya. Kami berusaha keras untuk mendidik anak-anak kami dengan baik dan benar tapi kami harus berhadapan dengan diri kami sendiri.
Tapi Tuhan Maha Baik dan penuh kuasa, apa yang Dia rencanakan memang tidak pernah salah. Seraya kami mengerjakan tanggung jawab kami untuk menanamkan karakter dan mendidik dengan benar, Tuhan pun bekerja mengubahkan hati dan karakter kami. Seperti FirmanNya,"Besi menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya." Amsal 27:17.
Tuhan memakai keberadaan anak-anak kami untuk membentuk, mencabut sikap dan pengertian yang salah, menanamkan yang benar,memulihkan kami dan banyak lagi yang Tuhan lakukan pada kami. Keberadaan anak-anak kami menolong kami untuk melihat kekurangan, kelemahan dan keburukkan sehingga kami bisa datang bertobat dan memohon pertolonganNya.
Dan Tuhan sungguh setia, anugrahNya berlimpah memberi kami hikmat dan pengertian untuk menanam ,membangun karakter anak-anak kami dan mendidik mereka dalam kebenaran.
Masih banyak kelemahan dan kekurangan kami, bagaimanapun selama kita masih hidup dalam tubuh ini kita tidak bisa menjadi sempurna. Sepanjang hidup kita bersama Tuhan, kita akan terus mengalami proses perbaikkan dan penyempurnaan bersamaan dengan itu kami akan terus melakukan tanggung jawab kami sebagai orang tua hingga waktunya selesai.
Kami bersyukur atas rencana dan jalan Tuhan bagi hidup kami.
Rabu, 07 Desember 2016
Selasa, 06 Desember 2016
10. Hati Yang Bersyukur
Bersyukur adalah hal yang penting untuk ditanamkan pada anak-anak. Tidak peduli apakah kondisi kita baik atau buruk, bersyukur adalah hal yang wajib dan patut untuk ditanamkan dalam hati kita.
Hati yang bersyukur menghindarkan kita dari sifat sombong, iri hati dan keserakahan yang merupakan akar dari segala permasalahan di dunia ini. Dan tentunya kita sebagai orang tua tidak ingin melihat sepak terjang anak kita yang dengan brutal ingin memuaskan hawa nafsunya.
Hati yang bersyukur merupakan wujud dari hati yang Takut akan Tuhan (baca: pos 3. Mengenali Yang Terutama).
Hati yang bersyukur menyadari bahwa segala yang dia miliki, apapun kondisinya adalah anugrah Tuhan.
Hati yang bersyukur mengerti,"...,bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, ..." Roma 8:28. Sehingga dalam menghadapi kekurangan-kekurangannya dia tidak menggerutu, namun menggantungkan harapannya pada Tuhan yang selalu mempunyai rencana yang indah bagi setiap orang.
Memang benar ada kata kunci nya yaitu 'mereka yang mengasihi Dia' hal ini berarti orang yang tetap percaya dan takut akan Tuhan sehingga tetap berjalan dalam jalan kebenaran Tuhan walaupun dalam kesusahan yang menghimpitnya.
Sesungguhnya hati yang tidak bersyukur dapat menjangkiti siapa saja dari kalangan dan kondisi apa saja. Bersyukur bukan hanya mengenai materi namun dalam segala hal. Seperti, mensyukuri orang tua yang kita miliki, saudara kandung, tubuh dan penampilan, kelebihan kekurangan kemampuan pribadi kita, bahkan kondisi seperti di negara apa kita dilahirkan dan lain-lain.
Hati yang bersyukur juga merupakan wujud dari mengenal, menghormati menghargai diri sendiri. Hati yang bersyukur mampu melihat kedalam diri sendiri dan mengenali potensi yang Tuhan berikan dan mengolahnya mengerjakannya dalam perkenanan Tuhan.
Hati yang bersyukur mampu mengenali kelemahan diri dan datang kepada Tuhan memohon pertolonganNya sehingga diubah menjadi kebaikan.
Hati yang bersyukur mengenali rencana Tuhan bagi dirinya dan menghidupinya.
Hati yang bersyukur menyenangkan hati Tuhan sehingga Dia selalu dekat dengannya.
Hati yang bersyukur menghindarkan kita dari sifat sombong, iri hati dan keserakahan yang merupakan akar dari segala permasalahan di dunia ini. Dan tentunya kita sebagai orang tua tidak ingin melihat sepak terjang anak kita yang dengan brutal ingin memuaskan hawa nafsunya.
Hati yang bersyukur merupakan wujud dari hati yang Takut akan Tuhan (baca: pos 3. Mengenali Yang Terutama).
Hati yang bersyukur menyadari bahwa segala yang dia miliki, apapun kondisinya adalah anugrah Tuhan.
Hati yang bersyukur mengerti,"...,bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, ..." Roma 8:28. Sehingga dalam menghadapi kekurangan-kekurangannya dia tidak menggerutu, namun menggantungkan harapannya pada Tuhan yang selalu mempunyai rencana yang indah bagi setiap orang.
Memang benar ada kata kunci nya yaitu 'mereka yang mengasihi Dia' hal ini berarti orang yang tetap percaya dan takut akan Tuhan sehingga tetap berjalan dalam jalan kebenaran Tuhan walaupun dalam kesusahan yang menghimpitnya.
Sesungguhnya hati yang tidak bersyukur dapat menjangkiti siapa saja dari kalangan dan kondisi apa saja. Bersyukur bukan hanya mengenai materi namun dalam segala hal. Seperti, mensyukuri orang tua yang kita miliki, saudara kandung, tubuh dan penampilan, kelebihan kekurangan kemampuan pribadi kita, bahkan kondisi seperti di negara apa kita dilahirkan dan lain-lain.
Hati yang bersyukur juga merupakan wujud dari mengenal, menghormati menghargai diri sendiri. Hati yang bersyukur mampu melihat kedalam diri sendiri dan mengenali potensi yang Tuhan berikan dan mengolahnya mengerjakannya dalam perkenanan Tuhan.
Hati yang bersyukur mampu mengenali kelemahan diri dan datang kepada Tuhan memohon pertolonganNya sehingga diubah menjadi kebaikan.
Hati yang bersyukur mengenali rencana Tuhan bagi dirinya dan menghidupinya.
Hati yang bersyukur menyenangkan hati Tuhan sehingga Dia selalu dekat dengannya.
9. Menghormati Dan Menghargai
Salah satu hal penting dalam pembentukkan karakter anak adalah perlu ditanamkan hati yang menghormati dan menghargai.
Tentunya berdasarkan pembahasan dalam pos-pos sebelumnya kita mengerti yang paling utama untuk dihormati adalah Tuhan Sang Pencipta karena Dialah pemberi nyawa, pemberi kesempatan hidup kita.
Selanjutnya adalah orang tua kandung kemudian diri sendiri. Berikutnya adalah menghormati dan menghargai orang lain.
Bagaimanakah cara menanamkan kepada anak-anak kita sikap hati yang menghormati dan menghargai? Dimulai dengan disiplin. Mengapa? Karena manusia-dengan kondisi hati yang sudah tercemar dosa keturunan- cenderung untuk bersikap semena-mena, hanya mementingkan diri sendiri hingga tidak peduli dengan orang disekitarnya.
Contoh: Kita pasti pernah menyaksikan,entah itu berupa video di media sosial ataupun dalam kenyataan sehari-hari, 2 bayi yang berebutan mainan. Bayi yang baru bisa duduk merebut mainan lembut yang sedang digigiti oleh bayi yang satunya hingga bayi itu menangis. Dan pasti ada banyak cerita lainnya.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia sejak kecil memiliki kecenderungan untuk selalu mengutamakan dirinya. Hal ini dimiliki oleh semua orang. Karena itu hanya dengan latihan disiplin dengan menanamkan pengertian yang dilakukan berkesinambungan yang akan dapat meminimalisir perangai ini.
Disiplin ini pun harus dimulai dari orang tuanya, seperti yang telah disinggung sebelumnya dalam menerapkan disiplin orang tua harus berdisiplin dan menjadi teladan.
Contoh: orang tua harus mendisiplinkan diri untuk tidak memperlakukan anak seakan pusat perhatian sedunia dengan kata lain 'memanjakannya'. Orang tua pun harus memberi teladan sikap menghargai dan menghormati orang lain, kepada orang yang menjadi bawahan kita bahkan kepada anak itu sendiri.
Sesungguhnya sikap menghormati dan menghargai paling sulit untuk dipraktekkan kepada orang yang status atau posisinya dibawah otoritas kita atau kepada yang melayani kita.
Tapi ini justru menjadi ajang pelatihan yang terbaik untuk meminimalisir kesewenang-wenangan.
Salah satu hal yang bisa dimanfaatkan untuk mendisiplinkan anak dalam hal menghargai dan menghormati orang lain sejak dini adalah: disiplin di waktu makan.
Sesungguhnya anak yang diijinkan untuk bermain, berlarian, berlambat-lambat di waktu makan dilatih untuk mementingkan dirinya sendiri dan tidak mempedulikan orang yang melayani dan menolongnya makan, baik mereka ibunya, neneknya ataupun pengasuhnya.
Tanpa kita sadari pembiaran di waktu makan bahkan menjadi salah satu ajang membiasakan anak untuk tidak mempedulikan perkataan orang tuanya bila anak diberi makan oleh salah satu orang tuanya.
Disiplin di waktu makan merupakan pelatihan yang intensif karena dilakukan minimal 3x sehari dan hal ini bisa diterapkan sejak dini hingga anak mulai makan sendiri.
Sejak dini karena moms bisa dan sangat dianjurkan untuk menerapkan disiplin 'jam menyusu'. Bayi yang baru lahir tentu akan menangis di saat merasa lapar. Namun setelah 3 atau 4 hari penyesuaian, moms disarankan untuk menentukan jam minum susu biasa dimulai untuk minum setiap 2 jam sekali dan seiring dengan semakin kuat sang bayi menyusu bisa diperpanjang menjadi 3 jam sekali lalu 4 jam sekali. Sehingga bahkan di waktu tidur malam sang bayi pun bisa tidur pulas hingga pagi hari, dan orang tua bisa beristirahat penuh mengembalikan kesegaran dan kekuatannya.
Dengan penerapan jam minum susu inipun melatih bayi untuk menyadari banyaknya aktifitas lain yang harus dikerjakan oleh sang ibu. Dalam beberapa kasus bayi cenderung untuk menyusu seadanya saja sehingga setengah jam kemudian bayi merasa mulai lapar kembali karena sang ibu meladeni setiap saat bayi menangis minta susu sehingga kondisi bayi tidak dalam kondisi sungguh-sungguh lapar pada saat menyusu dan hal ini menjadi pembiasaan yang terus berlanjut.
Anak yang dibiasakan mendapatkan pelayanan kapan saja dia mau,cenderung tumbuh menjadi anak yang tidak menghormati orang tua nya atau paling tidak ibu nya karena sang ibulah yang meladeninya sehari-hari dan kurang ajar. Berkali-kali saya menyaksikan balita yang bersikap seperti bos dan tidak santun sama sekali baik kepada ibu nya dan kepada orang dewasa lainnya.
Latihan disiplin menghormati dan menghargai orang lain juga dimulai dengan disiplin santun berkata-kata. Seperti disiplin untuk menggunakan kata "Tolong", "Terimakasih", "Bolehkah..?" dan intonasi suara yang santun dan tidak berteriak-teriak saat meminta. Dalam hal ini pun perlu dididik sikap hati yang benar, anak perlu mengerti bahwa permintaannya walaupun disampaikan dengan santun tidak harus dikabulkan. Bahwa sikap santun adalah sikap yang wajib dan patut dan tidak menjadi satu-satunya tolok ukur pengabulan permintaan. Anak juga perlu memiliki hati yang menghargai, berterimakasih atas pelayanan yang diberikan orang lain terhadap dirinya dengan cara mengucapkan terimakasih.
Dilanjutkan dengan disiplin tata krama dalam berhubungan dengan orang tua, seperti menyahut dan menghampiri saat dipanggil, menyapa saat bertemu kembali setelah berpisah untuk waktu yang cukup lama,misalnya pulang sekolah atau saat orang tua pulang ke rumah.
Kemudian semua disiplin ini diterapkan pula di lingkungan sekolah baik terhadap guru-guru, teman-teman, petugas sekolah, dan juga dalam lingkungan sosial lainnya.
>>baca selanjutnya
Tentunya berdasarkan pembahasan dalam pos-pos sebelumnya kita mengerti yang paling utama untuk dihormati adalah Tuhan Sang Pencipta karena Dialah pemberi nyawa, pemberi kesempatan hidup kita.
Selanjutnya adalah orang tua kandung kemudian diri sendiri. Berikutnya adalah menghormati dan menghargai orang lain.
Bagaimanakah cara menanamkan kepada anak-anak kita sikap hati yang menghormati dan menghargai? Dimulai dengan disiplin. Mengapa? Karena manusia-dengan kondisi hati yang sudah tercemar dosa keturunan- cenderung untuk bersikap semena-mena, hanya mementingkan diri sendiri hingga tidak peduli dengan orang disekitarnya.
Contoh: Kita pasti pernah menyaksikan,entah itu berupa video di media sosial ataupun dalam kenyataan sehari-hari, 2 bayi yang berebutan mainan. Bayi yang baru bisa duduk merebut mainan lembut yang sedang digigiti oleh bayi yang satunya hingga bayi itu menangis. Dan pasti ada banyak cerita lainnya.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia sejak kecil memiliki kecenderungan untuk selalu mengutamakan dirinya. Hal ini dimiliki oleh semua orang. Karena itu hanya dengan latihan disiplin dengan menanamkan pengertian yang dilakukan berkesinambungan yang akan dapat meminimalisir perangai ini.
Disiplin ini pun harus dimulai dari orang tuanya, seperti yang telah disinggung sebelumnya dalam menerapkan disiplin orang tua harus berdisiplin dan menjadi teladan.
Contoh: orang tua harus mendisiplinkan diri untuk tidak memperlakukan anak seakan pusat perhatian sedunia dengan kata lain 'memanjakannya'. Orang tua pun harus memberi teladan sikap menghargai dan menghormati orang lain, kepada orang yang menjadi bawahan kita bahkan kepada anak itu sendiri.
Sesungguhnya sikap menghormati dan menghargai paling sulit untuk dipraktekkan kepada orang yang status atau posisinya dibawah otoritas kita atau kepada yang melayani kita.
Tapi ini justru menjadi ajang pelatihan yang terbaik untuk meminimalisir kesewenang-wenangan.
Salah satu hal yang bisa dimanfaatkan untuk mendisiplinkan anak dalam hal menghargai dan menghormati orang lain sejak dini adalah: disiplin di waktu makan.
Sesungguhnya anak yang diijinkan untuk bermain, berlarian, berlambat-lambat di waktu makan dilatih untuk mementingkan dirinya sendiri dan tidak mempedulikan orang yang melayani dan menolongnya makan, baik mereka ibunya, neneknya ataupun pengasuhnya.
Tanpa kita sadari pembiaran di waktu makan bahkan menjadi salah satu ajang membiasakan anak untuk tidak mempedulikan perkataan orang tuanya bila anak diberi makan oleh salah satu orang tuanya.
Disiplin di waktu makan merupakan pelatihan yang intensif karena dilakukan minimal 3x sehari dan hal ini bisa diterapkan sejak dini hingga anak mulai makan sendiri.
Sejak dini karena moms bisa dan sangat dianjurkan untuk menerapkan disiplin 'jam menyusu'. Bayi yang baru lahir tentu akan menangis di saat merasa lapar. Namun setelah 3 atau 4 hari penyesuaian, moms disarankan untuk menentukan jam minum susu biasa dimulai untuk minum setiap 2 jam sekali dan seiring dengan semakin kuat sang bayi menyusu bisa diperpanjang menjadi 3 jam sekali lalu 4 jam sekali. Sehingga bahkan di waktu tidur malam sang bayi pun bisa tidur pulas hingga pagi hari, dan orang tua bisa beristirahat penuh mengembalikan kesegaran dan kekuatannya.
Dengan penerapan jam minum susu inipun melatih bayi untuk menyadari banyaknya aktifitas lain yang harus dikerjakan oleh sang ibu. Dalam beberapa kasus bayi cenderung untuk menyusu seadanya saja sehingga setengah jam kemudian bayi merasa mulai lapar kembali karena sang ibu meladeni setiap saat bayi menangis minta susu sehingga kondisi bayi tidak dalam kondisi sungguh-sungguh lapar pada saat menyusu dan hal ini menjadi pembiasaan yang terus berlanjut.
Anak yang dibiasakan mendapatkan pelayanan kapan saja dia mau,cenderung tumbuh menjadi anak yang tidak menghormati orang tua nya atau paling tidak ibu nya karena sang ibulah yang meladeninya sehari-hari dan kurang ajar. Berkali-kali saya menyaksikan balita yang bersikap seperti bos dan tidak santun sama sekali baik kepada ibu nya dan kepada orang dewasa lainnya.
Latihan disiplin menghormati dan menghargai orang lain juga dimulai dengan disiplin santun berkata-kata. Seperti disiplin untuk menggunakan kata "Tolong", "Terimakasih", "Bolehkah..?" dan intonasi suara yang santun dan tidak berteriak-teriak saat meminta. Dalam hal ini pun perlu dididik sikap hati yang benar, anak perlu mengerti bahwa permintaannya walaupun disampaikan dengan santun tidak harus dikabulkan. Bahwa sikap santun adalah sikap yang wajib dan patut dan tidak menjadi satu-satunya tolok ukur pengabulan permintaan. Anak juga perlu memiliki hati yang menghargai, berterimakasih atas pelayanan yang diberikan orang lain terhadap dirinya dengan cara mengucapkan terimakasih.
Dilanjutkan dengan disiplin tata krama dalam berhubungan dengan orang tua, seperti menyahut dan menghampiri saat dipanggil, menyapa saat bertemu kembali setelah berpisah untuk waktu yang cukup lama,misalnya pulang sekolah atau saat orang tua pulang ke rumah.
Kemudian semua disiplin ini diterapkan pula di lingkungan sekolah baik terhadap guru-guru, teman-teman, petugas sekolah, dan juga dalam lingkungan sosial lainnya.
>>baca selanjutnya
Langganan:
Komentar (Atom)