Salah satu hal penting dalam pembentukkan karakter anak adalah perlu ditanamkan hati yang menghormati dan menghargai.
Tentunya berdasarkan pembahasan dalam pos-pos sebelumnya kita mengerti yang paling utama untuk dihormati adalah Tuhan Sang Pencipta karena Dialah pemberi nyawa, pemberi kesempatan hidup kita.
Selanjutnya adalah orang tua kandung kemudian diri sendiri. Berikutnya adalah menghormati dan menghargai orang lain.
Bagaimanakah cara menanamkan kepada anak-anak kita sikap hati yang menghormati dan menghargai? Dimulai dengan disiplin. Mengapa? Karena manusia-dengan kondisi hati yang sudah tercemar dosa keturunan- cenderung untuk bersikap semena-mena, hanya mementingkan diri sendiri hingga tidak peduli dengan orang disekitarnya.
Contoh: Kita pasti pernah menyaksikan,entah itu berupa video di media sosial ataupun dalam kenyataan sehari-hari, 2 bayi yang berebutan mainan. Bayi yang baru bisa duduk merebut mainan lembut yang sedang digigiti oleh bayi yang satunya hingga bayi itu menangis. Dan pasti ada banyak cerita lainnya.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia sejak kecil memiliki kecenderungan untuk selalu mengutamakan dirinya. Hal ini dimiliki oleh semua orang. Karena itu hanya dengan latihan disiplin dengan menanamkan pengertian yang dilakukan berkesinambungan yang akan dapat meminimalisir perangai ini.
Disiplin ini pun harus dimulai dari orang tuanya, seperti yang telah disinggung sebelumnya dalam menerapkan disiplin orang tua harus berdisiplin dan menjadi teladan.
Contoh: orang tua harus mendisiplinkan diri untuk tidak memperlakukan anak seakan pusat perhatian sedunia dengan kata lain 'memanjakannya'. Orang tua pun harus memberi teladan sikap menghargai dan menghormati orang lain, kepada orang yang menjadi bawahan kita bahkan kepada anak itu sendiri.
Sesungguhnya sikap menghormati dan menghargai paling sulit untuk dipraktekkan kepada orang yang status atau posisinya dibawah otoritas kita atau kepada yang melayani kita.
Tapi ini justru menjadi ajang pelatihan yang terbaik untuk meminimalisir kesewenang-wenangan.
Salah satu hal yang bisa dimanfaatkan untuk mendisiplinkan anak dalam hal menghargai dan menghormati orang lain sejak dini adalah: disiplin di waktu makan.
Sesungguhnya anak yang diijinkan untuk bermain, berlarian, berlambat-lambat di waktu makan dilatih untuk mementingkan dirinya sendiri dan tidak mempedulikan orang yang melayani dan menolongnya makan, baik mereka ibunya, neneknya ataupun pengasuhnya.
Tanpa kita sadari pembiaran di waktu makan bahkan menjadi salah satu ajang membiasakan anak untuk tidak mempedulikan perkataan orang tuanya bila anak diberi makan oleh salah satu orang tuanya.
Disiplin di waktu makan merupakan pelatihan yang intensif karena dilakukan minimal 3x sehari dan hal ini bisa diterapkan sejak dini hingga anak mulai makan sendiri.
Sejak dini karena moms bisa dan sangat dianjurkan untuk menerapkan disiplin 'jam menyusu'. Bayi yang baru lahir tentu akan menangis di saat merasa lapar. Namun setelah 3 atau 4 hari penyesuaian, moms disarankan untuk menentukan jam minum susu biasa dimulai untuk minum setiap 2 jam sekali dan seiring dengan semakin kuat sang bayi menyusu bisa diperpanjang menjadi 3 jam sekali lalu 4 jam sekali. Sehingga bahkan di waktu tidur malam sang bayi pun bisa tidur pulas hingga pagi hari, dan orang tua bisa beristirahat penuh mengembalikan kesegaran dan kekuatannya.
Dengan penerapan jam minum susu inipun melatih bayi untuk menyadari banyaknya aktifitas lain yang harus dikerjakan oleh sang ibu. Dalam beberapa kasus bayi cenderung untuk menyusu seadanya saja sehingga setengah jam kemudian bayi merasa mulai lapar kembali karena sang ibu meladeni setiap saat bayi menangis minta susu sehingga kondisi bayi tidak dalam kondisi sungguh-sungguh lapar pada saat menyusu dan hal ini menjadi pembiasaan yang terus berlanjut.
Anak yang dibiasakan mendapatkan pelayanan kapan saja dia mau,cenderung tumbuh menjadi anak yang tidak menghormati orang tua nya atau paling tidak ibu nya karena sang ibulah yang meladeninya sehari-hari dan kurang ajar. Berkali-kali saya menyaksikan balita yang bersikap seperti bos dan tidak santun sama sekali baik kepada ibu nya dan kepada orang dewasa lainnya.
Latihan disiplin menghormati dan menghargai orang lain juga dimulai dengan disiplin santun berkata-kata. Seperti disiplin untuk menggunakan kata "Tolong", "Terimakasih", "Bolehkah..?" dan intonasi suara yang santun dan tidak berteriak-teriak saat meminta. Dalam hal ini pun perlu dididik sikap hati yang benar, anak perlu mengerti bahwa permintaannya walaupun disampaikan dengan santun tidak harus dikabulkan. Bahwa sikap santun adalah sikap yang wajib dan patut dan tidak menjadi satu-satunya tolok ukur pengabulan permintaan. Anak juga perlu memiliki hati yang menghargai, berterimakasih atas pelayanan yang diberikan orang lain terhadap dirinya dengan cara mengucapkan terimakasih.
Dilanjutkan dengan disiplin tata krama dalam berhubungan dengan orang tua, seperti menyahut dan menghampiri saat dipanggil, menyapa saat bertemu kembali setelah berpisah untuk waktu yang cukup lama,misalnya pulang sekolah atau saat orang tua pulang ke rumah.
Kemudian semua disiplin ini diterapkan pula di lingkungan sekolah baik terhadap guru-guru, teman-teman, petugas sekolah, dan juga dalam lingkungan sosial lainnya.
>>baca selanjutnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar