Rabu, 07 Desember 2016

Sebuah Intermezzo

Bertolak dari pengalaman, perenungan dan pengamatan saya selama 12 tahun sebagai ibu dari tiga anak, saya menuliskan kesepuluh pos yang terdahulu mulai dari no 1.Being a Mom hingga no 10.Hati Yang Bersyukur secara berurutan, dalam bentuk tahapan-tahapan. 
10 Poin ini saya renungkan sebagai pondasi dasar dan utama dalam mendidik dan membangun karakter seorang anak.

12 tahun menjadi orang tua tidak kami lalui dengan mudah, ada banyak pergumulan dan tantangan, ada banyak tangis dan doa. Sesungguhnya tanpa Tuhan kami tidak akan dapat melalui semua ini dengan baik. Yang menjadi tantangan utama, yang berdiri tegak melawan kami adalah diri kami sendiri. Sifat dan perangai kami yang buruk dan hati yang keras dan pahit. Hal ini sungguh saya dan suami sadari sehingga pada waktu kami merencanakan pernikahan kami sepakat untuk tidak memiliki anak, kami katakan "Kami tidak cukup baik untuk menjadi orang tua."

Namun Tuhan berkata lain, kira-kira setelah setengah tahun menikah, kami 'bertemu' dengan Tuhan, Roh Kudus. Dia mulai membuat kami mengerti FirmanNya dan mengenalNya, sungguh ajaib ternyata Tuhan itu pribadi yang sungguh-sungguh nyata dan ada. Dan Dia sungguh-sungguh adalah Sang Penguasa Tunggal dari semua yang ada. Oleh karena kasihNya yang begitu ajaib, kami pun jatuh cinta padaNya dan berjalan mengikutiNya. 
Dalam perjalanan itulah Dia menanamkan pada hati kami bahwa kehendakNya lah yang terbaik. Dan setelah kami menangkap pesan itu kemudian Dia mengutarakan kehendakNya, bahwa Dia menginginkan kami mempunyai anak. "Oo..Oo!" Kami berpikir dan berpikir ,akhirnya kami berkata,"Ok, tidak apa, Tuhan pasti akan ubahkan kami dulu, jadikan kami cukup baik hingga pantas memelihara anak."

Lagi-lagi Tuhan punya jalan yang lain, kira-kira 2 tahun kemudian, disaat sifat buruk kami masih menggunung dan keuangan yang seret, Dia berkata,"Inilah saatnya, kamu akan selalu ingat hari ini." Saya berteriak,"Ah Tuhan..! Mana mungkin..belum mampu, sifat jelek begini uang tidak ada." Dia hanya menjawab,"Kamu mau percaya Aku yang menyediakan atau tidak?" Sambil gemetar aku berkata,"Ya,mau."
Kira-kira 4 minggu kemudian saya mulai mual dan muntah, kami kunjungi ginekolog dan saya dinyatakan hamil 4 minggu, hasil dari hubungan sex yang saya dan suami lakukan di 'hari yang tak akan pernah saya bisa lupakan' hahaha... 

Kelahiran anak pertama kusambut dengan tangis bahagia yang kemudian dilanjutkan dengan pergumulan menghadapi sifat buruk dan kekurangan dan ke tidak mengerti-an kami.
Lalu 1,5 tahun kemudian anak kedua kami lahir dan 1th 10 bulan kemudian anak ketiga kami lahir. Mereka datang berturut-turut hingga saya merasa seperti pabrik anak.

Ternyata dengan mempunyai anak-anak semua yang tadinya terpendam muncul keluar. Segala kepahitan, luka hati, kekuatiran, keburukkan
menampakkan sosok aslinya. Kami berusaha keras untuk mendidik anak-anak kami dengan baik dan benar tapi kami harus berhadapan dengan diri kami sendiri. 
Tapi Tuhan Maha Baik dan penuh kuasa, apa yang Dia rencanakan memang tidak pernah salah. Seraya kami mengerjakan tanggung jawab kami untuk menanamkan karakter dan mendidik dengan benar, Tuhan pun bekerja mengubahkan hati dan karakter kami. Seperti FirmanNya,"Besi menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya." Amsal 27:17. 
Tuhan memakai keberadaan anak-anak kami untuk membentuk, mencabut sikap dan pengertian yang salah, menanamkan yang benar,memulihkan kami dan banyak lagi yang Tuhan lakukan pada kami. Keberadaan anak-anak kami menolong kami untuk melihat kekurangan, kelemahan dan keburukkan sehingga kami bisa datang bertobat dan memohon pertolonganNya.

Dan Tuhan sungguh setia, anugrahNya berlimpah memberi kami hikmat dan pengertian untuk menanam ,membangun karakter anak-anak kami dan mendidik mereka dalam kebenaran. 
Masih banyak kelemahan dan kekurangan kami, bagaimanapun selama kita masih hidup dalam tubuh ini kita tidak bisa menjadi sempurna. Sepanjang hidup kita bersama Tuhan, kita akan terus mengalami proses perbaikkan dan penyempurnaan bersamaan dengan itu kami akan terus melakukan tanggung jawab kami sebagai orang tua hingga waktunya selesai.

Kami bersyukur atas rencana dan jalan Tuhan bagi hidup kami.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar